Langsung ke konten utama

Cermin Cinta Yang Retak


Bendel keakuan terpahat kambuh
Empul keegoan tertancap menembus cinta
Sketsa bumi tersembunyi dalam tanya
Kepingan cintapun seketika retak
Hanyut dalam larutan air mata dan sesal
Awan gemawan mengaca tajam
Meneropong hati yang serba bisu
Comelan bisupun mengadu
Dalam batin awak semesta yang berlaraz lirik
Saat dendam mendendang maaf
Tercebur dalam pengapan cinta nan asam
Mengais naluri yang merindu cinta
Akan patahan hidup penuh riak
Rayuan pun kian meredup
Tersembunyi meradang akan cinta
Seakan cinta terakit pada dinding asmara
Lalu, Silentium Magnum menebar senyum
Melele dalam rongga yang tidak bertepi
Pun membeku di atap bilur-bilur nista
Kala cermin cinta bertepuk retak
Suasana bising sontak berlagu
Memagnet cemburu
Dalam bilik-bilik hati yang menyimpuh
Menoreh pose bumi penuh tatap
Semua berlabuh di tepian batin….
Pantai Sanur, Bali 9 Februari 2006

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinar Cinta Kematian

Pada telaga keterlelapan Selaksa cahaya menyorot punggung Aku coba sembunyi dan merayap Bayangan malam menyelinap pada badan jalan setapak Kucoba malu melangkah seribu Aku terasa penuh pilu dan bilur Aku cape dikejar-kejar sinar Dalam pelukan punggung bumi yang retak Semua hanya berarak di tepi-tepi jalan setapak Aku lalu sadar terlambat Sorotan sinar nan tajam adalah kehadiran-mu, Mama Aku lalu sadar dan tahu, Mama Engkau begitu menyayangiku Dengan susu buah dada-mu dulu Aku bangga Mama-ku Susu-mu yang kurus adalah Tempat bersarang mulutku dulu Aku tahu mama-ku Dalam susu buah dada-mu, Ada kasih dan sayang Ada roh kehidupan dalam bayang-bayang terang Sinar-mu yang datang adalah Tempat bersarang kasih dan sayang dulu Sinar-mu itu, tanda pamit mama kepada-ku Bahwa aku pergi, nak… Hanya aku tak menepis, Mama tega menyapa aku pergi pada larut malam, Rabu 2 Juni 2004 Mama, aku lantas sadar Aku tak mungkin bisa lari Tidak pernah rencana melari Aku masih waras soal beb

Untuk Apa Berbeda

Untuk apa berbeda warna Berbeda visi, misi dan garis perjuangan politik Berbeda menakar plata form parpol Yang merindukan badut-badut penguasa Kami, rakyat butuh makan, damai dan senyum Bukan sebatas kata makan Kami, rakyat tidak butuh janji untuk makan, damai, senyum Kami, rakyat butuh bukti makanan, rasa damai dan tebaran senyum di setiap rongga-rongga kulit bumi Untuk Apa Terus Berbeda; jika masih ada air mata kaum lata membasahi bumi jika masih terbersit seberkas darah politik di jalanan jika tuan-tuan politik saling menabrakan angkuh keangkeran jika rakyat jelata masih mengungsi ke bilik-bilik kesunyian jika massa tuan-tuan masih saling mengancam jika kami rakyat masih menebar senyum palsu jika bicara lantang dengan pengeras suara di pundak jika alat tajam masih tetap berbicara jika lentera politik membentur batu dan bersarang di pucuk cakrawala Jika masih ada keping debu traumatis menyayat kalbu anak negeri Untuk apa berbeda? Kucari perbedaan di awang-awang Katanya buru